Kamis, 22 Agustus 2013


Metode Inkuiri
Metode inkuiri – Penerapan Metode Inquiri – Pengertian Metode Inquiri
Metode inkuiri adalah metode pembelajaran dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses penemuan, penempatan siswa lebih banyak belajar sendiri serta mengembangkan keaktifan dalam memecahkan masalah.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara –cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secaraindividual maupun kelompok, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 2005 : 52)
Proses inquiri adalah suatu proses khusus untuk meluaskan pengetahuan melalui penelitian. Oleh karena itu metode inquiri kadang-kadang disebut juga metode ilmiahnya penelitian. Metode inquiri adalah metode belajar dengan inisiatif sendiri, yang dapat dilaksanakan secara individu atau kelompok kecil. Situasi inquiri yang ideal dalam kelas matematika terjadi, apabila murid-murid merumuskan prinsip matematika baru melalui bekerja sendiri atau dalam grup kecil dengan pengarahan minimal dari guru. Peran utama guru dalam pelajaran inquiri sebagai metoderator (Sutrisman, Tambunan, 1987 : 6.39).
Metode inquiri pmerupakan metode pengajaran yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara befikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreatifitas dalam pengembagnaan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode mengajar inquiri akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kundusif, serta mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar (Sudjana, 2004 : 154).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode inquiri dalam penelitian ini adalahsuatu teknik instruksional dalam proses belajar mengajar siswa diharapkan pada suatu masalah, dan tujuan utama menggunakan metode inquiri adalah membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penemuan ilmiah.
Sedangkan asumsi-asumsi yang mendasari metode inquiri adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan berpikir kritis dan berpikir dedukatif sangat diperlukan pada waktu mengumpulkan evidensi yang dihubungkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan oleh kelompok
2. Keuntungan para siswa dari pengalaman-pengalaman kelompok di mana mereka berkomunikasi, berbagai tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan.
3. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam semangat berbagi inquri menambah motivasi dan memajukan partisipasi aktif (Hamalik, 2003 : 64).
Syarat-syarat Penerapan Metode Inquiri
Adapun syarat-syarat penerapan metode inquiri adalah :
• Merumuskan topik inquiri dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa
• Membentuk kelompok yang seimbangn, baik akademik maupun sosial
• Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok-kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktunya.
• Sekali-kal perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antarpribadi yang sehat dan demi kemajuan tugas.
• Melaksanakan penilaian terhadap kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok maupun terhadap hasil-hasil yang dicapai (Hamalik, 2004 : 65).
Sedangkan menurut pendapat Sudjana (2004 : 155) dalam menerapkan metode inquiri ada beberapa tahapan yaitu :
• Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa
• Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis
• Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis
• Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi
• Mengaflikasikan kesimpulan/generalissi dalam situasi baru.0
Penerapan metode inquiri dalam proses belajar mengajar menuntut keaktifan siswa dalam belajar individu, maupun kelompok. Mereka harus memahami dan menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan himpunan bagian.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Inquiri
a. Kelebihan Metode Inquiri
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berfikir sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan untuk hasil akhir
2. Perkembangan cara berfikir ilmiah, seperti menggali pertanyaan, mencari jawaban, dan menyimpulkan / memperoses keterangan dengan metode inquiri dapat dikembangkan seluas-luasnya
3. Dapat melatih anak untuk belajar sendiri dengan positif sehingga dapat mengembangkan pendidikan demokrasi.
b. Kelemahan metode inquiri
1. Belajar mengajar dengan metode inquiri memerlukan kecerdasarn anak yang tinggi. Bila anak kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
2. Metode inquri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda, misalnya anak SD.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan tetapi semua itu dapat diatasi dengan baik jika seorang guru kreatif dalam menggunakannya dan siswa akan terlihat aktif dalam proses belajar mengajar. Metode Inkuiri
PENGERTIAN DAN TUJUAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Inkuiri adalah suatu model pembelajaran di mana siswa sangat berperan aktif dalam proses penyelesaian masalah, karena disana siswa dituntut untuk merumuskan, mancari/ menggali, menguji serta penyimpulkan.
Sasaran utama metode inkuiri adalah:
(1)  keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional
(2)  keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
(3)  mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri

Langkah-langkah inkuiri yaitu:
(1)  merumuskan permasalahan,
(2)  mengembangkan hipotesis,
(3)  mengumpulkan bukti
(4)  menguji hipotesis,
(5)  menarik kesimpulan.
Tujuan inkuiri :
1.    melatih siswa untuk belajar bagaimana menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi.
2.    melatih siswa memahami materi pembelajaran dari pengalaman yang ditemukan melalui proses inkuiri tersebut.

metode inkuri


PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU


Disusun Oleh :

M I S R A W A T I
10540 3112 09


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013/2014












PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU

A.     Masalah dan Pemecahan Masalah
1.      Masalah
Pada saat peneliti melakukan observasi yang dilakukan di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian dengan melihat hasil dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru ternyata hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah.
2.      Pemecahan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini rendahnya hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini disebabkan karena pengajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional dimana , penerapan metode yang digunakan guru kurang bervariasi terlalu monoton, kurang memberikan pengalaman belajar pada siswa , guru lebih dominan kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir.
Dengan kondisi demikian tentu akan berpengaruh pada hasil belajar murid. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah tersebut perlu adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hal belajar murid. Dengan demikian model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran inkuiri. Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuri dalam pembelajaran IPA siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran serta diberikan kebebasan mencari sendiri konsep-konsep yang ada dalam materi berdasarkan penemuannya. Dengan demikian, siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

B.     Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah
1.      Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta – fakta tetapi Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Tampaknya kita tidak dapat memungkiri bahwa pelajaran IPA merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena IPA adalah pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang didasarkan atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur, dimana dalam proses pengamatan tersebut kita akan banyak berinteraksi dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita.
Menurut kurikulum 2006, dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific Inkuiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah ( Dikjen Dikti 2006:66 ).
2.      Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di atas maka peneliti mengambil model pembelajaran inkuiri untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA kelas IV di SDN NO.11 Batubessi Kab. Barru. Alasan peneliti mengambil model ini karena pada hakekatnya model ini memiliki ciri-ciri utama yaitu: 1). Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, 2). Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap perya diri (self belief), 3). Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

C.     Landasan Teori
1.      Pengertian Metode Inkuiri
Kata inkuiri  sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas  pencarian  pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa  akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011: 196) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
   Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangunkecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa  berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.      Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri
Dalam penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :
a.    Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b.    Prinsip Interaksi.
Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c.    Prinsip Bertanya.
Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.    Prinsip Belajar untuk Berpikir.
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.
e.    Prinsip Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.
3.      Langkah-langkah Metode Inkuiri
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
·         Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
·         Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
·         Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.      Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.       Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e.       Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f.        Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
4.      Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011 :208) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.       Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b.      Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.
d.      Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Metode inkuiri sebagai salah satu metode pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a.       Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.      Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar
c.       Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.      Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

D.    Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitiian Tindakan Kelas (Classroom research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
1.      Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2.      Karekteristik PTK
Terdapat sejumlah karakteristik yang menjdi keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, yaitu:
a.       Situasional, berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru/dosen di kelas.
b.      Kontekstual, upaya pemecahan berupa model atau prosedur tidak terpisah dari konteksnya, baik konteks pendidikan, budaya, sosial politik, atau konteks ekonomi di mana pembelajaran berlangsung.
c.       Kolaboratif, partisipasi antara peneliti-guru-dosen, guru-siswa, dosen-mahasiswa, atau dosen-guru amat dipentingkan dalam melaksanakan ptk.
d.      Self reflective-evaluative, pelaku tindakan serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan.
e.       Fleksibel, memberikan kelonggaran metodologis dalam melaksanakan penelitian. Misalnya tidak perlu melalui prosedur sampling, atau alat pengumpul data yang bersifat formal.

3.      prosedur pelaksanaan PTK
Prosedur/langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan diuraikan secara rinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,  observasi, evaluasi-refleksi untuk setiap siklus.
a.       Fase perencanaan (planning).
Pada siklus pertama, perencanaan tindakan dikembangkan berdasarkan hasil observasi awa.dari masalah yang ada dan cara pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat perencanaan kegiatan belajar mengajarnya (KBM).
b.      Fase tindakan (action)
Fase ini adalah pelaksanaan KBM yang telah direncanakan. Bersamaan dengan ini dilakukan juga fase observasi/ pemantauan.
c.       Fase observasi/ pemantauan
Dalam fase observasi, dilakukan beberapa kegiatan seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Fase ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dan pada akhir tindakan. Data yang diambil selama pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada akhir tindakan dapat dilakukan tes maupun wawancara.
d.      Fase refleksi
Fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis, pembahasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi tindak lanjut selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan siklus berikutnya.


4.      Fungsi PTK
Menurut Cohen dan Monion, (dalam Muhadi 2011: 62), penelitian tindakan mempunyai lima kategori fungsi yaitu:
a.       Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi tertentu.
b.      Sebagai alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan Keterampilan, metode, dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
c.       Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif pada pengajaran.
d.      Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional.
e.       Sebagai alat untuk menyelidiki alternative atau pilihan yang baik untuk mengantisipasi pendekatan yang subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah dalam kelas.















metode inkuri


PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU


Disusun Oleh :

M I S R A W A T I
10540 3112 09


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013/2014












PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU

A.     Masalah dan Pemecahan Masalah
1.      Masalah
Pada saat peneliti melakukan observasi yang dilakukan di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian dengan melihat hasil dari tugas-tugas yang diberikan oleh guru ternyata hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah.
2.      Pemecahan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini rendahnya hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini disebabkan karena pengajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional dimana , penerapan metode yang digunakan guru kurang bervariasi terlalu monoton, kurang memberikan pengalaman belajar pada siswa , guru lebih dominan kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir.
Dengan kondisi demikian tentu akan berpengaruh pada hasil belajar murid. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah tersebut perlu adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hal belajar murid. Dengan demikian model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran inkuiri. Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuri dalam pembelajaran IPA siswa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran serta diberikan kebebasan mencari sendiri konsep-konsep yang ada dalam materi berdasarkan penemuannya. Dengan demikian, siswa lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

B.     Latar Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah
1.      Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta – fakta tetapi Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara memecahkan masalah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Tampaknya kita tidak dapat memungkiri bahwa pelajaran IPA merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena IPA adalah pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang didasarkan atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur, dimana dalam proses pengamatan tersebut kita akan banyak berinteraksi dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita.
Menurut kurikulum 2006, dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific Inkuiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah ( Dikjen Dikti 2006:66 ).
2.      Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di atas maka peneliti mengambil model pembelajaran inkuiri untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA kelas IV di SDN NO.11 Batubessi Kab. Barru. Alasan peneliti mengambil model ini karena pada hakekatnya model ini memiliki ciri-ciri utama yaitu: 1). Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, 2). Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap perya diri (self belief), 3). Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

C.     Landasan Teori
1.      Pengertian Metode Inkuiri
Kata inkuiri  sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas  pencarian  pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa  akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011: 196) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Menurut Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang lain.
   Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangunkecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa  berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.      Prinsip-prinsip Pendekatan Inkuiri
Dalam penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :
a.    Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
b.    Prinsip Interaksi.
Guru tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c.    Prinsip Bertanya.
Guru berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan merupakan sebagian dari proses berpikir.
d.    Prinsip Belajar untuk Berpikir.
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.
e.    Prinsip Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.
3.      Langkah-langkah Metode Inkuiri
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
·         Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
·         Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
·         Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
b.      Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c.       Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d.      Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e.       Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f.        Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
4.      Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011 :208) bahwa metode inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.       Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b.      Metode inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.       Metode inkuiri merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.
d.      Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Metode inkuiri sebagai salah satu metode pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan, diantaranya:
a.       Jika metode inkuiri digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
b.      Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar
c.       Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.      Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

D.    Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitiian Tindakan Kelas (Classroom research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praksis pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik.
1.      Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2.      Karekteristik PTK
Terdapat sejumlah karakteristik yang menjdi keunikan PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, yaitu:
a.       Situasional, berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang dihadapi guru/dosen di kelas.
b.      Kontekstual, upaya pemecahan berupa model atau prosedur tidak terpisah dari konteksnya, baik konteks pendidikan, budaya, sosial politik, atau konteks ekonomi di mana pembelajaran berlangsung.
c.       Kolaboratif, partisipasi antara peneliti-guru-dosen, guru-siswa, dosen-mahasiswa, atau dosen-guru amat dipentingkan dalam melaksanakan ptk.
d.      Self reflective-evaluative, pelaku tindakan serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai. modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi yang telah dilakukan.
e.       Fleksibel, memberikan kelonggaran metodologis dalam melaksanakan penelitian. Misalnya tidak perlu melalui prosedur sampling, atau alat pengumpul data yang bersifat formal.

3.      prosedur pelaksanaan PTK
Prosedur/langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan diuraikan secara rinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,  observasi, evaluasi-refleksi untuk setiap siklus.
a.       Fase perencanaan (planning).
Pada siklus pertama, perencanaan tindakan dikembangkan berdasarkan hasil observasi awa.dari masalah yang ada dan cara pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat perencanaan kegiatan belajar mengajarnya (KBM).
b.      Fase tindakan (action)
Fase ini adalah pelaksanaan KBM yang telah direncanakan. Bersamaan dengan ini dilakukan juga fase observasi/ pemantauan.
c.       Fase observasi/ pemantauan
Dalam fase observasi, dilakukan beberapa kegiatan seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Fase ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dan pada akhir tindakan. Data yang diambil selama pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada akhir tindakan dapat dilakukan tes maupun wawancara.
d.      Fase refleksi
Fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis, pembahasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi tindak lanjut selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan siklus berikutnya.


4.      Fungsi PTK
Menurut Cohen dan Monion, (dalam Muhadi 2011: 62), penelitian tindakan mempunyai lima kategori fungsi yaitu:
a.       Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi tertentu.
b.      Sebagai alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan Keterampilan, metode, dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya.
c.       Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif pada pengajaran.
d.      Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional.
e.       Sebagai alat untuk menyelidiki alternative atau pilihan yang baik untuk mengantisipasi pendekatan yang subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah dalam kelas.