PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU
Disusun Oleh :
M I S R A W A T I
10540 3112 09
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013/2014
PENINGKATAN HASIL BELAJAR
IPA TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MURID
KELAS IV SDN NO.11 BATUBESSI KAB. BARRU
A. Masalah
dan Pemecahan Masalah
1.
Masalah
Pada saat peneliti melakukan observasi yang dilakukan
di sekolah yang akan menjadi tempat penelitian dengan melihat hasil dari
tugas-tugas yang diberikan oleh guru ternyata hasil belajar murid pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah.
2.
Pemecahan
Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini rendahnya hasil
belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Hal ini disebabkan
karena pengajaran yang dilakukan
oleh guru masih bersifat konvensional dimana , penerapan metode
yang digunakan guru kurang bervariasi terlalu monoton, kurang memberikan
pengalaman belajar pada siswa , guru lebih dominan kurang memberikan kesempatan
pada siswa untuk berfikir.
Dengan kondisi demikian tentu akan berpengaruh pada hasil belajar murid. Maka dari itu, untuk memecahkan masalah
tersebut perlu adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan hal belajar
murid. Dengan demikian model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah
tersebut adalah model pembelajaran inkuiri. Dengan diterapkannya model
pembelajaran inkuri dalam pembelajaran IPA siswa dilibatkan
secara langsung dalam pembelajaran serta diberikan kebebasan mencari sendiri
konsep-konsep yang ada dalam materi berdasarkan penemuannya. Dengan demikian, siswa
lebih banyak belajar sendiri mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
B. Latar
Belakang Masalah dan Alasan Pemilihan Pemecahan Masalah
1.
Latar
Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu disiplin
ilmu yang tidak hanya berupa kumpulan pengetahuan atau kumpulan fakta – fakta
tetapi Ilmu Pengetahuan Alam juga merupakan cara kerja, cara berfikir, dan cara
memecahkan masalah. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Tampaknya kita tidak dapat memungkiri bahwa
pelajaran IPA merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan
manusia. Karena IPA adalah pengetahuan tentang fakta dan hukum-hukum yang
didasarkan atas pengamatan dan disusun dalam suatu sistem yang teratur, dimana
dalam proses pengamatan tersebut kita akan banyak berinteraksi dengan
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita.
Menurut kurikulum 2006, dalam proses pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
Inkuiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena
itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah ( Dikjen Dikti 2006:66 ).
2.
Alasan
Pemilihan Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah di atas maka peneliti
mengambil model pembelajaran inkuiri untuk
memperbaiki sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPA kelas IV di SDN
NO.11 Batubessi Kab. Barru. Alasan peneliti mengambil model ini karena pada
hakekatnya model ini memiliki ciri-ciri utama yaitu: 1). Strategi inkuiri
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, 2). Seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap perya diri (self belief), 3).
Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar
menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi
yang dimilikinya.
C. Landasan
Teori
1.
Pengertian
Metode Inkuiri
Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang
memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas
pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu
sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan
masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011: 196) bahwa “Metode
inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu permasalahan yang dipertanyakan”.
Menurut
Piaget, inkuiri merupakan pendekatan yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari
jawabannya sendiri, serta menghubungkan jawaban yang satu dengan yang lain,
membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik yang
lain.
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk
memberikan cara bagi siswa untuk membangunkecakapan-kecakapan intelektual
(kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika
berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara
membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
Berdasarkan beberapa pendapat para
ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
metode inkuiri adalah metode yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun
eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis
untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan
pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Prinsip-prinsip
Pendekatan Inkuiri
Dalam
penggunaan pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru, diantaranya :
a. Berorientasi
pada Pengembangan Intelektual.
Tujuan
utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Tidak
sebatas penguasaan materi tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan
menemukan sesuatu.
b. Prinsip
Interaksi.
Guru
tidak menempatkan diri sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengatur interaksi
agar siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka.
c. Prinsip
Bertanya.
Guru
berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan
merupakan sebagian dari proses berpikir.
d. Prinsip
Belajar untuk Berpikir.
Belajar
bukan sekedar mengingat sejumlah fakta tetapi proses berpikir (learning how to
think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun
otak kanan, baik otak reptile, otak limbic, maupun otak neokortek.
e. Prinsip
Keterbukaan.
Tugas guru adalah menyediakan ruang
untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang dianjurkannya.
3. Langkah-langkah Metode
Inkuiri
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina
suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap
orientasi ini adalah:
·
Menjelaskan topik, tujuan,
dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa
·
Menjelaskan pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari
langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
·
Menjelaskan pentingnya
topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi
belajar siswa.
b.
Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
c.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.
d.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e.
Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada
siswa data mana yang relevan.
4.
Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri
Metode inkuiri merupakan salah satu
metode yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, sebab
metode inkuiri sebagai sebagai metode pembelajaran memiliki beberapa
keunggulan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sanjaya (2011 :208) bahwa metode
inkuiri memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.
Metode inkuiri merupakan
metode pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
b.
Metode inkuiri memberikan
ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c.
Metode inkuiri merupakan
metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
perubahan.
d.
Keuntungan lain adalah
metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
Metode inkuiri sebagai salah satu
metode pembelajaran di samping memiliki banyak keunggulan juga memiliki
kelemahan, diantaranya:
a.
Jika metode inkuiri
digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa
b.
Metode ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar
c.
Dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d.
Selama kriteria
keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
metode inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
D. Metodologi
Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan yaitu Penelitiian Tindakan Kelas (Classroom
research) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki praksis
pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi
lebih baik.
1.
Pengertian
PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.
2.
Karekteristik
PTK
Terdapat sejumlah karakteristik yang menjdi keunikan
PTK dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, yaitu:
a.
Situasional,
berkaitan langsung dengan permasalahan konkret yang
dihadapi guru/dosen di kelas.
b. Kontekstual, upaya pemecahan berupa model atau prosedur tidak terpisah dari konteksnya,
baik konteks pendidikan, budaya, sosial politik, atau konteks ekonomi di mana
pembelajaran berlangsung.
c. Kolaboratif, partisipasi antara peneliti-guru-dosen, guru-siswa, dosen-mahasiswa, atau
dosen-guru amat dipentingkan dalam melaksanakan ptk.
d. Self reflective-evaluative, pelaku tindakan serta objek yang dikenai tindakan
melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap hasil atau kemajuan yang dicapai.
modifikasi perubahan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan evaluasi
yang telah dilakukan.
e.
Fleksibel,
memberikan kelonggaran
metodologis dalam melaksanakan penelitian. Misalnya tidak perlu melalui prosedur sampling, atau
alat pengumpul data yang bersifat formal.
3.
prosedur
pelaksanaan PTK
Prosedur/langkah-langkah
penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan diuraikan secara rinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi untuk setiap siklus.
a.
Fase
perencanaan (planning).
Pada siklus pertama, perencanaan tindakan dikembangkan
berdasarkan hasil observasi awa.dari masalah yang ada dan cara pemecahannya
yang telah ditetapkan, dibuat perencanaan kegiatan belajar mengajarnya (KBM).
b.
Fase
tindakan (action)
Fase ini adalah pelaksanaan KBM yang telah
direncanakan. Bersamaan dengan ini dilakukan juga fase observasi/ pemantauan.
c.
Fase
observasi/ pemantauan
Dalam fase observasi, dilakukan beberapa kegiatan
seperti pengumpulan data-data yang diperlukan. Fase ini berlangsung bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan, dan pada akhir tindakan. Data yang diambil selama
pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa. Pada akhir tindakan
dapat dilakukan tes maupun wawancara.
d.
Fase
refleksi
Fase ini berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis,
pembahasan, penyimpulan dan identifikasi tindak lanjut. Hasil identifikasi
tindak lanjut selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun fase perencanaan siklus
berikutnya.
4.
Fungsi
PTK
Menurut
Cohen dan Monion, (dalam Muhadi 2011: 62), penelitian tindakan mempunyai lima
kategori fungsi yaitu:
a.
Sebagai
alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi
tertentu.
b.
Sebagai
alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan
Keterampilan, metode, dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan
analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada
dirinya.
c.
Sebagai
alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovatif pada pengajaran.
d.
Sebagai
alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti
akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional.
e.
Sebagai
alat untuk menyelidiki alternative atau pilihan yang baik untuk mengantisipasi
pendekatan yang subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah dalam kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar